Misalnya saya ini orang luar negeri ingin bikin misalnya nasi TO khas luar negeri maka saya akan menjajah melalui bahasa yang mana bahasanya di rombak bahasa saya dari luar negeri, supaya TO saya di negara lain bisa laku. Ini kan pola atau sistem penjajahan yang sudah dilakukan dari waktu ke waktu. Jadi kita tuh lupa.
Baca Juga:Wakil Wali Kota Tasik Terima Kunjungan Tugas Penelitian Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik FISIP UNSIL
“Kota tidak apa-apa bahasa negara lain kita tahu untuk urusan ekonomi untuk hubungan internasional, bagus untuk kemajuan silahkan, tapi jangan sampai melupakan bahasa sendiri, karena banyak sekali yang harus dilindungi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Diky menyampaikan,kita juga prasasti Sunda banyak yang belum sampai sekarang belum kebuka semuanya.Karena kekurangan warga yang bisa bahasa Sunda yang bisa baca aksara Sunda juga menerjemahkan tulisan Sunda.
Dengan diadakannya kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu yang diadakan oleh Dinas Pendidikan tentunya kami sangat mengapresiasi,karena kegiatan ini menjadi begitu sangat penting untuk orang sunda khususnya apalagi di kaum milenial supaya lebih mendalami dan mencintai bahasa sunda itu sendiri.
Kalau bukan kita orang sunda anu ngamumule bahasa sunda lalu siapa lagi dan berharap supaya kira tidak melupakan jati diri kita sebagai orang sunda jangan pernah tergeser oleh budaya atau bahasa asing yang marak di kita.
“Masih banyak orang orang sunda sendiri yang belum faham atau atau aksara sunda sendiri padahal dirinya adalah orang sunda tulen,”tandasnya.