“GEC adalah panggung besar yang mempertemukan tradisi dengan inovasi. Ini adalah bentuk nyata kecintaan kita pada budaya,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Ciamis, Dadang Darmawan.
Lebih lanjut, Dadang menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar hiburan tahunan, melainkan bagian dari strategi besar untuk memperkuat ekosistem kebudayaan secara berkelanjutan, sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Tak hanya menampilkan kesenian lokal, Galuh Ethnic Carnival juga membuka ruang kolaborasi antardaerah. Komunitas seni dari luar Kabupaten Ciamis turut meramaikan acara, seperti Dodombaan dari Garut, Genjring Kreasi DNR dari Kuningan, dan Genye dari Purwakarta.
Baca Juga:Pemkot Bandung Segel Lahan Palaguna, Ini Kata Wali Kota Muhammad Farhan
Kehadiran mereka memperkaya keragaman dalam perayaan budaya yang mengakar dan berkembang secara inklusif.
Rute GEC 2025 dimulai dari Kantor Disbudpora Ciamis, melintasi RS Permata Bunda, Pasar Subuh, dan Stadion Galuh. Iring-iringan terus bergerak menyusuri Jalan Cokroaminoto, Toserba Yogya, dan Jalan Tentara Pelajar, sebelum akhirnya mencapai titik finis di Halaman Pendopo Bupati Ciamis.
Di lokasi akhir, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya, bersama unsur Forkopimda, Sekda Ciamis, kepala SKPD, serta ribuan warga, menyaksikan penampilan puncak dari berbagai kelompok seni perwakilan kecamatan.
Galuh Ethnic Carnival bukan hanya menjadi pesta tahunan, tapi cerminan kuatnya semangat masyarakat dalam menjaga dan melestarikan tradisi. Ia menjadi bentuk nyata bahwa budaya bukan barang masa lalu, melainkan warisan hidup yang terus berkembang.