Isu Dugaan Korupsi dan Kinerja Jeblok Bapenda Subang: Kabid Penagihan Ketahuan Molor Saat Jam Kerja

Pewarta: Yandi.

Subang,Hallo Berita Online.Com – Isu dugaan korupsi di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Subang kini semakin meluas ke persoalan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup instansi tersebut. Kamis Pagi, Jam 10 diwaktu kerja Kepala Bidang Penagihan, Pengawasan, dan Pemeriksaan (Penwasrik) Alexsandrio tertangkap kamera sedang tidur pulas saat jam kerja di ruangannya,Kamis (11/9/2025).

Peristiwa ini segera menuai kritik tajam dari Dewan Pembina Pospera, Handra Munandar. Ia menyayangkan perilaku tersebut yang dianggap merugikan negara.

“Sekolah dibiayai negara, kerja digaji negara, tapi molor di waktu kerja. Ini merugikan negara,” kata Handra.

Menurutnya, kinerja ASN di Subang perlu dievaluasi secara menyeluruh, bahkan ia mengusulkan pembentukan satuan tugas (satgas) khusus untuk mengatasi masalah ini. “Perlu dibentuk satgas ASN Anti Malas, jika kondisi kinerja ASN seperti ini,” tambahnya.

Baca Juga:Disdik Kota Bandung Jaring Aspirasi untuk Kebijakan Pendidikan Tahun 2026 melalui Forum Konsultasi Publik

Momen saat Alexsandrio tertidur tersebut terjadi di tengah kesibukan Bapenda, di mana rekan-rekan kerjanya masih beraktivitas. Ketika salah seorang wartawan mengambil foto, Deden, Kepala Seksi Penagihan Bapenda Subang, langsung memohon agar foto tidak disebarluaskan.

“Bang, mohon jangan difoto,” ucap Deden.

Perilaku ini menambah panjang daftar permasalahan di Bapenda Subang, setelah sebelumnya publik dikejutkan dengan sikap tidak kooperatif Kabid Penilaian Bapenda Subang Ahmad Septembro yang menghindar dari klarifikasi terkait dugaan korupsi pajak.

Anak Muda Subang, Pram dari komunitas Kopi Hitam, mendesak Tim Disiplin Pegawai untuk segera mengambil tindakan terhadap individu tersebut. Menurutnya, tindakan yang bersangkutan jelas merupakan pembangkangan terhadap visi dan misi Bupati Subang dengan tagline “Subang Ngabret.”

Hal ini juga menjadi peringatan agar proses penempatan pejabat struktural di mana pun harus lebih selektif.

“Jangan berbicara suka atau tidak suka. Ini soal meritokrasi yang harus tetap menjadi acuan,” ujar Pram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *