Firmansyah kemudian menghubungi koordinator camp dan pekerja lainnya untuk mencari Hadito. Tim pencari melakukan penelusuran di area PUP. Setelah menyisir sejauh lebih kurang 100 meter, korban akhirnya ditemukan dalam posisi telungkup dan sudah tidak bernyawa.
Hadito mengalami luka gigitan dan cakaran yang fatal di sekitar leher dan punggung kanannya, mengindikasikan serangan dari satwa liar. Jenazah korban kemudian berhasil dievakuasi dan dibawa ke klinik distrik.
Selanjutnya, pada hari Rabu, 25 Juni 2025, sekitar pukul 04.00 WIB, korban dibawa ke Puskesmas Teluk Meranti untuk dilakukan visum guna memastikan penyebab kematian. Setelah proses visum selesai, sekitar pukul 07.00 WIB, jenazah Hadito dibawa ke rumah sakit di Pekanbaru untuk penanganan lebih lanjut.
Untuk melakukan kajian mendalam dan merumuskan upaya penanggulangan, Balai Besar KSDA Riau menurunkan Unit Penyelamatan Satwa (UPS) ke lokasi kejadian. Tim ini tidak hanya mendokumentasikan lokasi penyerangan dan penemuan korban, tetapi juga berhasil menemukan jejak harimau di sekitar area.
“Hasilnya ditemukan jejak harimau di sekitar lokasi yang diperkirakan terdapat dua individu Harimau Sumatera di lokasi tersebut, yang dapat dilihat dari jejak kaki yang memiliki dua ukuran yang berbeda,” papar Ujang.
Baca Juga:Wakil Wali Kota Tasik Hadiri Silaturahmi Ngariung Bareng Ajengan Lembur
Sebagai langkah pencegahan agar insiden serupa tidak terulang, tim BBKSDA Riau juga melakukan sosialisasi kepada para pekerja di PBPH tersebut. Selain itu, Ujang Holisudin mengimbau masyarakat luas untuk tidak melakukan perburuan satwa yang menjadi mangsa alami harimau Sumatera, seperti rusa dan babi hutan.
“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memburu mangsa Harimau seperti satwa Rusa dan Babi Hutan,” pesan Ujang.
(Sumber Media center Riau)